Entri Populer

Senin, 28 Februari 2011

Manusia Purba Di Indonesia


MEGANTHROPUS PALAEOJAVANICUS
Ditemukan oleh G.H.R. Von Koeningswald tahun 1946 dan 1941 di Sangiran (Surakarta) dan Marks tahun 1952.
  • Fosil berupa rahang bawah dan rahang atas.
  • Diperkirakan sebagai manusia purba paling tua.
  • Hidup sekitar 2 juta – 1 juta tahun yang lalu.
  • Disebut sebagai manusia purba tertua di Pulau Jawa

          Ciri –ciri :
           a. tubuh kekar
           b. rahang dan geraham besar
           c. tidak berdagu
           d. menyerupai kera
• Badannya tegak
• Hidup mengumpulkan makanan
• Makanannya tumbuhan
• Rahangnya kuat

Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah – Jawa Timur
1.      Sangiran
2 .
Sambungmacan
3 .
Sonde
4 .
Trinil
5 .
Ngandong
7
. Kedung Brubus
8 .
Kalibeng
9 .
Kabuh
10 .
Pucangan
11 .
Mojokerto (Jetis-Perning)
Homo Sapiens
Homo Sapiens sudah muncul di muka bumi sekitar 40.000 tahun yang lalu. Homo Sapiens ini sudah menyebar di hampir semua benua. Populasi homo sapiens sudah tersebar luas di Asia Tenggara, seperti di Niah, Serawak Malaysia, Palawan, Filipina, Cina selatan, dan di Australia yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun yang lalu. Fosil lain ditemukan di Wajak (dekat Tulung Agung, Jawa Timur).
Diduga Homo Sapiens ini sudah bertutur kata, sekalipun masih disertai dengan bahasa isyarat. Fosil Homo jika dibandingkan dengan jenis sebelumnya telah mengalami kemajuan. Mereka telah membuat alat-alat dari batu maupun tulang. Dalam berburu mereka telah mempergunakan alat-alat perburuan. Binatang hasil buruan setelah dikuliti lalu dibakar. Jenis umbi-umbian yang menjadi makanan mereka telah dimasak. Di lingkungan Homo Sapiens kemudian dikenal sekurang-kurangnya 5 ras pokok yang hidup sampai sekarang. Ketiga ras yang tersebar luas adalah Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Dua ras lagi yang persebarannya terbatas adalah ras Kosanoid dan Australomelanesoid. Adapun dari kelima ras itu yang mendiami Indonesia adalah Mongoloid dan Australomelanesoid.
Jenis manusia purba homo sapiens digolongan menjadi dua macam yang didasarkan pada daerah penemuannya, yaitu :
a. Homo Erectus Soloensis
Manusia tersebut dinamakan Soloensis, karena fosil-fosilnya bertebaran di sepanjang Bengawan Solo, yaitu di Ngandong Sambung macan dan Sangiran. Dari daerah ini, ditemukan dua buah tulang kaki dan 11 tengkorak dengan ukuran yang lebih besar dari pada Pithecanthropus yang lebih tua umurnya. Tengkoraknya menunjukkan tonjolan yang tebal di tempat alis, dengan dahi yang miring ke belakang. Suatu analisis cermat atas tengkorak tersebut yang dilakukan oleh ahli paleoantropologi di Indonesia (Teuku Yakup 1967) membenarkan bahwa manusia Ngandong itu merupakan keturunan langsung dari Pithecanthropus Erectus.
Homo Soloensis hidup sekitar 300.000 tahun sebelum masehi. Homo Soloensis mempergunakan perkakas batu, yang disebut kapak genggam, yaitu alat batu berupa kapak yang tidak bertangkai. Kapak itu dipergunakan dengan cara digenggam dalam tangan. Menurut Koenigman, manusia purba ini memiliki tingkat berpikir lebih tinggi dari pithecantropus erectus.
Diduga bahwa jenis Homo Soloensis ini adalah keturunan dari Pithecantropus Erectus. Menurut perkiraan, jenis ini pernah tinggal dan berkumpul di lembah sungai, artinya mereka sudah punya peralatan dan komunikasi. Manusia soloensis mungkin menyebar kemudian punah.
b. Homo Wajakensis
Fosil manusia purba Homo Wajakensis ditemukan di daerah Wajak, Jawa Timur. Penyelidikan terhadap sisa manusia Wajak menyimpulkan bahwa tengkoraknya berbeda dengan tengkorak bangsa Indonesia. Tengkorak itu lebih banyak persamaannya dengan tengkorak penduduk asli Australia. E. Debois melihat Homo Wajakensis ada persamaannya dengan orang Australia pribumi purba. Oleh karena itu, Eugene Dubois menduga Homo Wajakensis termasuk dalam ras Australoide, bernenek moyang Homo Soloensis dan kelak menurunkan langsung bangsa asli Australia. Manusia Wajak itu menyebar ke barat dan timur Benua Australia. Sebuah tengkorak kecil dari seorang perempuan, sebuah rahang bawah dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami daerah Irian dan Australia.
Menurut Von Koenigswald, Homo Wajakensis seperti juga Homo Soloensis berasal dai lapisan plestosen atas dan mungkin sekali sudah bisa dikelompokkan dalam jenis Homo Sapiens. Karena sifat-sifat fisiknya lebih mendekati manusia sekarang (lebih muda dari manusia Solo), manusia itu merupakan bentuk evolusi dari manusia Solo. Dari sisa-sisa penemuan tampaknya Homo Wajakensis sudah mengenal penguburan.
Di pulau Jawa dan bagian Barat kepulauan Indonesia Malaya diperkirakan manusia purba mengembangkan kebudayaan berburu didaerah muaramuara sungai tidur di belakang tadah angin atau gua-gua mereka membuat perahu lesung yang mula-mula untuk menangkap ikan di rawa-rawa sepanjang pantai. Sebagai alat pemotong mereka menggunakan kapak tangan berbentuk cakram yang diasah tajam. Sisa-sisa alat ini ditemukan di situs-situs pra sejarah jenis abris sous roche dan moddinger di sepanjang Jawa Timur, Sumatera Timur dan Utara, Malaysia hingga Vietnam Utara. Manusia purba dari ras Autromelanesoid di bagian timur kepulaun nusantara dan Irian sudah membuat lukisan-lukisan gua juga alat-alat dari pecahan batu kecil (flakes) sebagai alat pemotong dengan pegangan kayu.
Alat-alat ini mereka bawa dan sebarkan ke arah barat yaitu dengan diketemukan alat-alat tersebut di gua-gua prasejarah Jawa Timur hal ini menandakan bahwa ada arus imigrasi ke Pulau Jawa. Kira-kira abad 40 sebelum masehi pulau Jawa merupakan daerah pertemuan dari ras dan kebudayaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Mongoloid itu disebabkan karena ada arus migrasi yang berasal dari daratan Asia, dan yang bergerak ke pulau-pulau di Indonesia Timur, diduga mereka mengikuti rute persebaran komplek kebudayaan Bascon-Hoabinh, dalam perjalanannya ke kepuluan Nusantara, orang-orang ras Mongoloid itu agaknya bertemu dan kadang-kadang berbaur dengan orang-orang ras Australoid yang datang dari kepulauan di sebelah timur, dan berpindah ke arah barat sampai ke Jazirah Melayu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diklasifikasikan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia sesuai dengan zamannya, yaitu:


Pleistosen di Indonesia ditemukan di Wajak. Fosil yang ditemukan di Wajak adalah Homo Sapiens, dekat daerah Campurdarat, Tulungagung. Fosil ini ditemukan oleh Van Rietschoten pada tahun 1889 dan diselidiki pertama kali oleh Dubois. Fosil yang ditemukan terdiri atas tengkorak, rahang bawah, dan beberapa ruasleher.

Ciri-ciri Homo Wajakensis sebagai berikut :
a. Muka datar dan lebar,
b. Hidung lebar dan bagian mulutnya menonjol,
c. Dahinya agak miring dan di atas mata terdapat busur kening yang nyata,
d. Tenggorokannya sedang, agak lonjong, dan agak bersegi di tengah-tengah atap tengkoraknya dari muka ke belakang, dan
e. Mukanya lebih Mongoloid karena sangat datar dan pipinya menonjol ke samping.

Dari ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan, manusia Wajak tubuhnya tinggi, isi tengkorak besar, dan sudah menjadi Homo Sapiens. Walaupun demikian, para ahli sulit menentukan ke dalam ras mana Homo Sapiens ini karena ia memiliki dua cirri yaitu ras Mongoloid dan Austromelanesoid. Mungkin Homo Sapiens ini tidak hidup bersamaan dengan ras-ras yang hidup sekarang. Mungkin pula dari ras Wajak itulah subras Melayu Indonesia berasal dan turut revolusi menjadi ras Austromelanesoid yang sekarang.

Homo Sapiens (ras Wajak) ini mungkin meliputi juga ras-ras yang hidup sekitar 25.0000 -40.000 tahun lampau di Asia Tenggara, seperti manusia Niah di Sarawak dan manusia Tabon di Pulau Palawan (Filipina).

Penemuan fosil manusia Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun silam Indonesia sudah didiami oleh Homo Sapiens. Oleh karena rasnya sulit dicocokkan dengan ras-ras pokok yang ada sekarang maka manusia Wajak itu dianggap sebagai ras tersendiri. Manusia Wajak tidak berevolusi dari Pithecanthropus, tetapi mungkin dari tahapan Homo Neanderthropus, yang fosilnya belum ditemukan di Indonesia. Mungkin pula dari Homo Neanderthalensis di tempat lain atau hasil evolusi dari Pithecanthropus Soloensis. Para ahli belum dapat menentukannya. Namun yang pasti, ras Wajak tidak hanya mendiami Indonesia bagian barat, tetapi juga sebagian Indonesia Timur yang fosil-fosilnya belum ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar